BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagian besar perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
yang optimal. Untuk memperoleh keuntungan atau laba
yang optimal, khususnya untuk perusahaan manufaktur, peranan perhitungan
harga pokok produksi dan perhitungan harga jual sangat berperan, hal ini berkaitan
dengan
persaingan
harga jual produk dengan
perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Akuntansi biaya dalam perhitungan harga pokok produksi berperan menetapkan, menganalisa dan melaporkan pos-pos biaya yang mendukung
laporan keuangan sehingga dapat menunjukkan data yang wajar. Akuntansi biaya menyediakan data-data biaya untuk berbagai tujuan maka biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan harus digolongkan dan dicatat dengan sebenarnya, sehingga memungkinkan perhitungan harga pokok produksi secara teliti.
Perhitungan harga
pokok produksi adalah hal yang perlu diperhatikan
dalam penentuan harga
jual suatu produk. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat
dan akurat merupakan hal yang perlu dilakukan oleh setiap perusahaan, karena tanpa adanya perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat,
perusahaan manufaktur yang bersangkutan akan mengalami
masalah dalam
penentuan harga jual suatu produk. Bagi
perusahaan
dengan tujuan mencapo
laba optimum, harga
jual dan realisasi biaya
produksi berpengaruh sangat besar terhadap ukuran kebehasilan pencapian tujuan
perusahaan yang besangkutan dan memenangkan persaingan yang semakin tajam dengan perusahaan lain
yang sejenis. Salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai hal tersebut adalah dengan mengefisienkan biaya produksi serendah-rendahnya sehingga akan memperbesar laba.
Strategi efisiensi biaya produksi dan penetapan harga yang tepat harus diimbangi dengan peningkatan
mutu produksi dan pelayanan terhadap kepuasan pelanggan (costumer satisfaction), sehingga memiliki nilai kompetitif yang tinggi dengan produk-produk perusahaan lain yang sejenis. Kegiatan
produksi
memerlukan
pengorbanan
sumber
ekonomi
berupa berbagai
jenis biaya untuk
menghasilkan produk yang akan dipasarkan. Biayabiaya ini akan menjadi
dasar dalam penentuan Harga
Pokok Produksi (HPP). Elemen-elemen yang membentuk
Harga
Pokok
Produksi
(HPP) dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan besar yakni Bahan Baku Langsung, Tenaga
Kerja Langsung, dan
Biaya Overhead Pabrik. Ketiga biaya tersebut harus dicatat dan diklasifikasikan secara cermat sesuai dengan jenis dan
sifat biaya tersebut. Hal ini dimaksudkan
untuk
mempermudah perusahaan. mengetahui berapa besarnya biaya sebenarnya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan suatu produk yang
disebut dengan harga pokok produksi.
Harga Pokok Produksi dalam industri merupakan bagian
terbesar
dari biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan. Jika informasi biaya untuk pekerjaan atau proses tersedia dengan cepat,
maka manajemen mempunyai dasar
yang kuat untuk merencanakan
kegiatannya. Perusahaan harus
cermat dan
rinci dalam membuat
laporan keuangan terutama yang berkaitan dengan biaya produksi agar tidak terjadi
penyimpangan- penyimpangan serta pemborosan biaya dalam proses produksi. Informasi harga pokok produksi dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan harga jual yang tepat kepada konsumen dalam arti
yang menguntungkan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Penelitian ini membahas mengenai perhitungan harga pokok produksi untuk setiap jenis roti yang diproduksi
oleh CV. Minahasa
Mantap
Perkasa, yang bertujuan
untuk memperoleh
gambaran yang jelas mengenai perhitungan harga
pokok produksi, mengetahui cara perusahaan dalam menetapkan
keuntungan yang diinginkan, mengetahui cara
peruhsahaan
melakukan perhitungan dalam nenetapkan
harga jual produk, serta mengetahui masalah-masalah
yang mempengaruhi
harga jual pada CV. Minahasa Mantap Perkasa.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana perhitungan harga pokok
produksi pada CV Minahasa Mantap Perkasa ?
2.
Bagaimana cara perusahaan
melakukan perhitungan dalam menetapkan harga jual produk ?
3.
Apakah masalah-masalah yang
mempengaruhi harga jual produk pada CV Minahasa Mantap Perkasa ?
C.
Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini lebih terarah, terfokus dan
tidak terlalu meluas,
maka penyusun membatasi
bidang kajian yang dibahas mengenai uraian dan pemaparan tentang hasil dan pembahasan dari
journal penelitian yakni perhitungan harga pokok produksi pada CV Minahasa
Mantap Perkasa, cara perusahaan melakukan perhitungan dalam menetapkan harga
jual produk, serta masalah-masalah yang mempengaruhi harga jual produk pada CV
Minahasa Mantap Perkasa.
D.
Tujuan Penulisan
1. Memahami perhitungan harga pokok
produksi pada CV Minahasa Mantap Perkasa
2. Memahami cara perusahaan melakukan
perhitungan dalam menetapkan harga jual produk
3. Mengetahui
masalah-masalah yang mempengaruhi harga jual produk pada CV Minahasa Mantap
Perkasa
E.
Manfaat Penulisan
1. Memenuhi tanggung jawab penyusun sebagai mahasiswa untuk menyelesaikan
tugas sebagai proses pembelajaran pada matakuliah Seminar Akuntansi Manajemen Keuangan
2.
Memberikan
referensi untuk umum mengenai bahasan materi Perhitungan Harga Pokok
Produksi Dalam Penentuan Harga Jual Pada CV Minahasa Mantap Perkasa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara
tertentu, serta penafsiran terhadapnya (Mulyadi, 2012:7). Bustami dan Nurlela (2006:2) mendefinisikan Akuntansi Biaya adalah bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan
melaporkan tentang informasi baiaya yang digunakan. Definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
akuntansi
biaya terdiri dari pencatatan, penggolongan, dan penyajian
laporan keuangan harus
dibuktikan dengan adanya dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan dan penggolongan.
Krismiaji & Aryani (2011:17) menyatakan bahwa biaya atau Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan
memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang. Prawironegoro dan Purwanti (2009:19) menyatakan bahwa biaya adalah
kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa
yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.
Standar
Akuntansi Keuangan (IAI,2004:8) mendefinisikan beban
atau expense adalah
penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva
atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan
penurunan
ekuitas
yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Dari definisi tersebut maka biaya dan beban dalam praktiknya mempunyai pengertian yang sama yaitu suatu pengorbanan sumber ekonomi
yang menjadi pengurang suatu aktiva yang terjadi untuk memperoleh pendapatan.
Warindrani (2006:17) menyatakan pada umumnya perusahaan
mengklasifikasikan biaya
sebagai dasar
penetapan
harga pokok
produksi menjadi
dua yaitu biaya produksi
dan
biaya non produksi. Witjaksono (2006:10) menyatakan
bahwa Harga pokok
adalah
sejumlah nilai aktiva, tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan. Mulyadi
(2012:16) Menjelaskan bahwa
dalam
pembuatan
produk terdapat dua
kelompok
biaya: biaya
produksi dan
biaya nonproduksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya
yang
dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan
administrasi dan umum. Biaya produksi membentuk kos produksi, yang digunakan untuk menghitung
kos produk jadi dan
kos produk yang pada akhir periode
akuntansi
masih
dalam proses. Biaya
nonproduksi ditambahkan pada kos produksi untuk menghitung total kos produk.
Mulyadi (2012:17) menjelaskan bahwa metode penentuan kos
produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur
biaya kedalam
kos produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur
biaya kedalam kos produksi, terdapat 2 pendekatan: full costing dan variable costing. Krismiaji & Aryani (2011:325) menyatakan bahwa pendekatan umum dalam penentuan harga jual adalah menambahkan
angka perkiraan
laba (markup)
pada harga pokok. Markup adalah
selisih antara harga jual dan harga pokok
produk. Markup
biasanya berupa persentase
tertentu dari harga pokok produk. Pendekatan ini
disebut dengan cost-plus pricing karena persentase markup yang telah ditentukan dimuka ditambahkan pada angka harga pokok untuk menentukan harga jual.
B.
Proses Pembuatan Roti Oleh CV Minahasa Mantap Perkasa
Berikut ini adalah proses pembuatan roti yang diproduksi oleh perusahaan yaitu sebagai berikut:
1.
Pemilihan bahan
a.
Gunakan bahan yang berkualitas baik.
b.
Pastikan bahan yang digunakan bersertifikat halal.
c.
Bahan yang digunakan cukup tersedia dan dalam kondisi simpanan yang baik.
2.
Penimbangan bahan
a.
Hindarkan pemakaian takaran dengan sendok atau cangkir
b.
Pada saat penimbangan bahan harus teliti dan tepat, hindari tercecernya bahan.
c.
Untuk penimbangan air, pastikan tidak berlebihan sehingga adonan menjadi lembek.
3.
Pengadukan/ Mixing dikerjakan selama (30 s/d 45 menit)
a.
Biasakan
semua bahan kering
diaduk terlebih
dahulu
selama 5 menit
(airasi) sebelum air dan mentega dimasukan, agar air dapat dimasukan secara optimal.
b.
Lakukan pencampuran semua bahan secara merata untuk hidrasi yang sempurna dari pati dan protein sehingga membentuk gluten, pelunakan gluten dan memperoleh kekuatan menahan gas dengan baik.
c.
Lama pengadukan harus disesuaikan dengan kemampuan tepung terigunya (jumlah protein), karena semakin tinggi proteinnya semakin lama
pengadukannya, demikian pula sebaliknya.
4.
Permentasi awal dikerjakan selama (10
menit s/d 20 menit)
Proses pemecahan gula oleh ragi menjadi:
a.
Gas CO2 : Adonan menjadi mengembang
b.
Alkohol : Memberi aroma pada roti
c.
Asam : Memberi rasa dan memperlunak
gluten
d.
Panas
: Suhu meningkat selama permentasi.
Lama dan
cepatnya permentasi awal sangat tergantung dari jumlah adonan dan jumlah tenaga kerja yang mengerjakan. Salama penghistrahatan berlangsung
diharuskan ditutup dengan plastik agar adonan tidak kering.
5.
Penimbangan adonan
a.
Membagi adonan sesuai dengan berat yang diinginkan.
b.
Gunakan timbangan yang benar, dan lakukan dengan cepat.
c.
Apabila menggunakan alat pembagi, timbang dulu lalu dibagi menjadi 36 bh.
6.
Pembulatan adonan
a.
Membentuk
lapisan
keras dipermukaan adonan,
sehigga dapat
menahan gas
yang dihasilkan
b.
Menghaluskan tekstur roti dan mempermudah pekerjaan selanjutnya.
7.
Permentasi kedua dikerjakan selama (10 s/d 15 menit)
a.
Melunakan gluten pada adonan
b.
Mempercepat permentasi berikutnya
c.
Selama proses ini, harus ditutup dengan plastik agar tidak kering.
8.
Pembuangan gas pada adonan
a.
Mengeluarkan gas yang ada dalam adonan dengan cara menekan adonan
b.
Dapat menghaluskan tekstur
c.
Usahakan semua gas keluar agar serat roti menjadi halus dan merata
9.
Pembentukan adonan
a.
Adonan roti dibentuk sesuai keinginan
b.
Untuk roti manis dapat diisi dengan berbagai isisan, tetapi
jangan
terlalu
banyak
mengandung air dan minyak agar menghindari roti terbuka
10. Pencetakan adonan
a. Letakan adonan dalam cetakan dengan baik dan benar.
b. Pastikan setiap sambungan diletakan dibawah adonan.
c. Atur jarak adonan di loyang agar tidak bergabung dan dapat memberikan ruang utnuk pemanasan sisi roti.
d. Olesi loyang dengan lemak/minyak atau gunakan lapisan kertas agar tidak lengket.
e. Pastikan loyang selalu dalam keadaan bersih, baik sebelum dan sesudah digunakan.
11. Permentasi akhir
a.
Dilakukan pengembangan adonan agar mencapai bentuk dan kualitas yang maksimal.
b.
Tempat untuk implementasi akhir ini harus memiliki panas (35-40 derajat Celcius) dan kelembaban ruang (80-85%) yang stabil.
c.
Dapat dilakukan dengan membuat
uap air dan pastikan proses ini dilakukan dengan
benar, karena akan menentukan hasil akhir dari roti.
d.
Gunakan alat ukur hygrometer dan termometer ruang.
12. Pembakaran adonan
a.
Temperatur oven sangat menentukan
kualitas akhir dari roti yang dibuat, jadi temperaturnya harus sesuai dengan
jenis roti yang akan dibakar
b.
Lamanya pembakaran ditentukan oleh,
jenis oven, jenis bahan/loyang yang digunakan, jenis roti yang dibuat dan
jumlah pemakaian gula dan adonan
13. Mengeluarkan adonan dari cetakan/Loyang
a.
Keluarkan roti yang sudah matang dari cetakan/loyang segara mungkin.
b.
Keluarkan dari loyang dengan sangat hati-hati karena roti yang baru keluar dari oven sangat lembut dan empuk.
14. Pendinginan
a.
Setelah dikeluarkan dari cetakan/loyang, dinginkan roti pada suhu ruang selama 45-90 menit.
b.
Letakan roti pada rak pendingin dimana panas roti dapat keluar kesegala arah.
15. Pembungkusan
a.
Roti dibungkus agar terhindar dari jamur.
b.
Menghindarkan pengerasan kulit roti akibat menguapnya kandungan air kedalam roti.
c.
Hindari pembungkusan roti yang masih panas/hangat agar tidak mudah berjamur.
d.
Saat pembungkusan berlangsung, pastikan ruang selalu bersih dengan
ventilasi
dan sirkulasi udara yang cukup.
C.
Perhitungan Harga Jual Produk CV Minahasa Mantap Perkasa
Berikut adalah Perhitungan Harga Jual Perusahaan yaitu sebagai berikut:
1.
Roti Coklat
Biaya Bahan Baku : Rp.150.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 12.600.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp. 10.800.000
Jumlah : Rp.173.900.000
Harga Jual Per unit =
Biaya produksi per unit + Presentase Markup
= Rp.580 + (Rp.580 x 30%)
= Rp.580 + Rp.174
= Rp.754 /unit
2.
Roti Strawberry
Biaya
Bahan Baku : Rp.150.650.000
Biaya
Tenaga Kerja Langsung : Rp. 12.600.000
Biaya
Overhead Pabrik : Rp. 10.800.000
Jumlah : Rp.174.500.000
Harga Jual Per unit =
Biaya produksi per unit + Presentase Markup
= Rp.581 +
(Rp.581 x
30%)
= Rp.580 + Rp.175 = Rp.756 /unit
3. Roti Mocca
Biaya Bahan Baku : Rp.140.350.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 11.550.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp. 9.900.000
Jumlah : Rp.161.800.000
Harga Jual Per unit =
Biaya produksi per unit + Presentase Markup
= Rp.589 +
(Rp.589 x
30%)
= Rp.589 + Rp.177
= Rp.766 /unit
4.
Roti Pandan
Biaya Bahan Baku : Rp.139.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 11.550.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp. 9.900.000
Jumlah : Rp.160.950.000
Harga Jual Per unit =
Biaya produksi per unit + Presentase Markup
= Rp.586 +
(Rp.586 x
30%)
= Rp.586 + Rp.176
= Rp.762/unit
5.
Roti Keju
Biaya Bahan Baku : Rp.126.950.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 10.500.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp. 9.000.000
Jumlah : Rp.146.450.000
Harga Jual Per unit =
Biaya produksi per unit + Presentase Markup
= Rp.586 +
(Rp.586 x
30%)
= Rp.586 + Rp.176
= Rp.762/unit
Berdasarkan
perhitungan diatas tersebut,
maka
dengan
mark up sebesar 30% Perusahaan menjual roti-roti tersebut ke pengecer (warung/toko)
dengan harga Rp.800/ unit (dibulatkan)
dengan
cara diantar langsung ke pengecer. Dari pengecer menjual roti tersebut
ke konsumen dengan harga Rp.1000 / unit untuk setiap jenis roti.
Sedangkan laba yang diharapkan oleh perusahaan dari
penjualan tersebut adalah sebesar 30%. Jadi harga jual untuk setiap jenis
produk dapat dihitung sebagai berikut.
1. Roti Coklat
Biaya Bahan Baku : Rp.150.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 12.600.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp.
9.900.000
Biaya Produksi : Rp.173.000.000
Rp 173.000.000 x 30% = Rp 51.900.000
= 52%
Total Biaya Produksi → Rp
173.000.000
Mark Up 52% x Rp 173.000.000 → Rp 89.960.000
Total Harga Jual Rp
262.960.000
2.
Roti Strawberry
Biaya Bahan Baku : Rp.150.650.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 12.600.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp.
9.900.000
Biaya Produksi : Rp.173.150.000
Rp 173.150.000 x 30% = Rp 51.945.000
= 52%
Mark Up 52% x Rp 173.150.000 → Rp 90.038.000
Total Harga Jual Rp
263.188.000
3.
Roti Mocca
Biaya Bahan Baku : Rp.140.350.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 11.550.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp.
9.075.000
Biaya Produksi : Rp.160.975.000
Rp 160.975.000 x 30% = Rp 48.292.500
= 54%
Total Biaya Produksi → Rp
160.975.000
Mark Up 54% x Rp 160.975.000 → Rp 86.926.500
Total Harga Jual Rp
247.901.500
4.
Roti Pandan
Biaya Bahan Baku : Rp.139.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 11.550.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp.
9.075.000
Biaya Produksi : Rp.160.125.000
Rp 160.125.000 x 30% = Rp 48.037.500
= 54%
Total Biaya Produksi → Rp
160.125.000
Mark Up 54% x Rp 160.125.000 → Rp 86.467.500
Total Harga Jual Rp
246.592.500
5.
Roti Keju
Biaya Bahan Baku : Rp.126.950.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 10.500.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp.
8.250.000
Biaya Produksi : Rp.145.700.000
Rp 145.700.000 x 30% = Rp 43.710.000
= 57%
Mark Up 57% x Rp 145.700.000 → Rp 83.049.000
Total Harga Jual Rp
228.749.000
Berikut adalah perbandingan harga jual per unit produk dalam bentuk tabel:
No
|
Jenis Produk
|
Harga Jual Per Unit Perusahaan
|
Harga Jual Per Unit Menurut Teori
|
Selisih
|
1
|
Roti Coklat
|
Rp 774
|
Rp 877
|
(Rp 103)
|
2
|
Roti Strawberry
|
Rp 775
|
Rp 878
|
(Rp 103)
|
3
|
Roti Mocca
|
Rp 786
|
Rp 902
|
(Rp 116)
|
4
|
Roti Pandan
|
Rp 782
|
Rp 897
|
(Rp 115)
|
5
|
Roti Keju
|
Rp 782
|
Rp 915
|
(Rp 133)
|
Dari tabel tersebut menunjukan bahwa terdapat selisih harga jual perunit antara perusahaan dengan teori
yang disebabkan karena perbedaan pengalokasian biaya dan penentuan markup antara perusahaan dengan teori. Harga jual
perusahaan lebih rendah dibandandingkan dengan teori yaitu dengan selisih untuk roti
coklat adalah Rp.103, kemudian untuk roti strawberry Rp.103, untuk roti mocca Rp116, lalu untuk roti pandan Rp. 115 dan untuk roti keju adalah Rp.133.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Hasil penelitian yang
telah dilakukan penulis
pada CV. Minahasa
Mantap
Perkasa, penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan metode harga
pokok proses dengan pendekatan full costing, tujuannya untuk memenuhi
persediaan
digudang, dan jumlahnya sama dari waktu ke waktu.
2. Proses pembuatan roti akan selalu dilkukan perusahaan tanpa menunggu ada
atau tidaknya pesanan dari pelanggan. Walaupun demikian, bukan berarti
perusahaan mengabaikan permintaaan atau
keninginan konsumen. Hal
ini dikarenakan, banyaknya jumlah roti
yang diproduksi atau
dihasilkan tergantung pada
permintaan
konsumen serta situasi
dan kondisi pada saat itu.
3. Penentuan harga
jual produk yang dibebankan
kepada
konsumen dibuat
berdasarkan biaya
produksi per unit ditambah persentase Markup. Persentase markup
yang diinginkan
perusahaan yaitu sebesar 30% dari biaya produksi per unit dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih memadai dan dapat menutup biaya produksi yang telah dikeluarkan.
B. Saran
Penulis memberikan saran sebagai masukan antara lain:
1.
Departemen produksi
harus melakukan koordinasi
yang lebih
baik lagi dengan bagain pembelian bahan
baku agar
bahan baku yang dibeli
terjamin
kualitasnya dan tidak terjadi permasalahan bahan baku. Departemen produksi juga harus melakukan koordinasi yang lebih baik lagi degan bagian gedung.
2.
Dalam hal pengklasifikasian biaya, perusahaan sebaiknya mengelompokan biaya sesuai dengan tujuan hendak dicapai agar informasi biaya telah dikeluarkan lebih akurat dan bagus dan tepat.
3.
Pembebanan
biayaoverhead pabrik kepada produk perlu dipertimbangkan perusahaan dengan memilih dasar tepat untuk menentukan tarif
overhead pabrik guna mengetahui
jumlah biaya yang sewajarnya
dibebankan
kepada produk
itu. Jika dilihat
dari
operasi perusahaan
yang menunjukan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan bahan baku langsung, maka dasar yang tepat digunakan dalam penentuan tarif overhead pabrik adalah bahan baku langsung.
4.
Perusahaan
sebaiknya menggunakan
sistem
biaya taksiran (estimasi)
sebelum
melakukan produksi yang berfungsi sebagai alat pengendalian biaya dang sebagai dasar untuk menganalisis kegiatan-kegiatannya. Dengan
ditapkannya
sistem biaya taksiran
maka akan terlihat perbandingan
antara biay yang sesungguhnya dengan biaya taksuran, yang nantinya dapat memberikan petunjuk mengenai pemborosan atau
tidak dapat dipakai sebagai dasar perbaikan kegiatan.
-DAFTAR PUSTAKA-
Armila Krisna Warindrani. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi 1. Graha Ilmu,Yogyakarta.
Bustami,
Bastian dan
Nurlela.
2007.
Akuntansi Biaya: Teori
dan
Aplikasi.
Edisi 1. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Carter, W.K. dan Usry, M.F. 2006. Akuntansi Biaya. Buku 1, Edisi 13. Salemba Empat, Jakarta. Hansen, D.R dan Mowen. 2004. M.M, Akuntansi Manajemen. Edisi 7. Salemba Empat, Jakarta.
Horngren, C.T.,
Datar,
S.M, dan
Foster G. 2005.
Akuntansi
Biaya: Penekanan Manajerial. PT.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004.
Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.
Kaplan, R.S,
& A.A, Atkinson.
1998.
Advanced Management
Accounting.
Third Edition. Upper Saddle River, New Jersey:Prentice-Hall
International.
Krismiaji, Y Anni Aryani. 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi 2. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Kartapura.
2005. Analisis
Perhitungan
Harga Pokok
Produksi Dalam Menentukan
Harga
Jual. Universitas Indonuse Esa Unggul, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar